Wednesday, May 3, 2017

Ringkasan Buku Kartini

DATA BUKU
Judul Buku: KARTINI, sebuah Biografi
Penulis: Sitisoemandari Soeroto
Penerbit: PT GUNUNG AGUNG
Cetakan: ke-4, 1983
Tebal: XXIII + 493 halaman
ISBN: –
Buku ini mengisahkan tentang riwayat hidup R.A. Kartini dari lahir, meninggal, serta setelah meninggalnya, dengan bersumber dari wawancara, riset, dan buku-buku surat Kartini.
R.A. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Ia memiliki dua ibu, garwa padmi R.A. Moerjan (yang adalah istri utama yang mendampingi suaminya di acara-acara resmi), dan garwa ampil M.A. Ngasirah (istri pertama tapi bukan utama dan ibu kandung Kartini), yang adalah istri lain yang dinikahi secara sah. Ayah mereka, yang merupakan bupati Jepara, tidak membedakan antara anak garwa ampil dan garwa padmi. Hanya saja, ia mendiskriminasikan antara anak perempuan dan anak lelaki, sesuai adat zaman itu. Kartini akrab dengan dua adiknya, R.A. Roekmini dan R.A. Kardinah. Mereka sering disebut tiga saudara atau Tiga Serangkai.
Pada usia 12 ½ tahun, Kartini masuk pingitan seperti gadis-gadis seusianya, dikurung dalam kabupaten. Hal itu merupakan tradisi yang tak bisa dibantah. Dalam masa awal pingitan, yang dikatakan Kartini seperti di neraka, tiap malam ia membasahi bantal dan guling di tempat tidurnya dengan air mata.Lama kelamaan Kartini menyadari menangis juga tiada gunanya. Ia mulai mengupas pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya. Mengapa perempuan harus dipingit dan laki-laki diperbolehkan sekolah? Setelah menyelidiki ia menemukan musuh terbesarnya: poligami. Pada awalnya, selama 4 tahun ia dipingit seorang diri (1892-1896), kemudian ditambah dua tahun lagi, tetapi bersama Roekmini, lalu disusul Kardinah.
Ketiganya dibebaskan lagi pada tahun 1898. Mereka mulai berusaha mewujudkan impian mereka sewaktu di pingitan; mendirikan sekolah untuk wanita. Sekitar tahun 1900 Kartini dan kedua adiknya mendapat izin untuk belajar di Batavia dengan subsidi yang disetujui pemerintah, lewat bantuan keluarga J.H. Abendanon. Tn. Abendanon mengirim surat pada bupati Japara, ayah Kartini, untuk meminta keterangan yang diperlukan. Tetapi balasannya mengejutkan, Bupati Japara menarik kembali izinnya! Balasan itu benar-benar pukulan besar baik bagi Abendanon, sebab usaha kerasnya mengusahakan subsidi sia-sia, maupun Kartini sendiri. Diduga, Kartini sangat sedih sampai tidak sadarkan diri, seperti isi suratnya kala itu.
Pada Januari 1902, salah satu dari tiga serangkai, Kardinah, menikah dan mereka berpisah. Setelah hal itu Kartini dan Roekmini mengajukan permohonan supaya dapat bersekolah ke Belanda lewat Ir. Van Kol, yang disetujui Parlemen Belanda. Orangtua mereka menyetujui dengan mudahnya keinginan mereka. Justru Tn. dan Ny. Abendanon-lah yang berusaha menghalang-halangi Kartini dan adiknya untuk belajar di Belanda. Awalnya Kartini tidak tergoyahkan, tapi suami-istri Abendanon juga tidak menyerah.
Suatu hari Abendanon datang ke kediaman Kartini. Ia mengajak Kartini ke pemandian Klein Scheveningen, tempat yang berkenangan besar akan masa kecil Kartini. Entah bagaimana cara bicaranya cara mengemukakan alasan-alasannya, namun Abendanon berhasil membelokkan kemauan Kartini, sehingga meskipun dengan hati berat ia mau juga melepaskan niatnya untuk pergi ke negeri Belanda. Kartini dan Roekmini akhirnya mengajukan permohonan untuk belajar ke Batavia pada Gubernur Jenderal, dan sambil menunggu jawaban, atas perkataan Abendanon di Klein Scheveningen, mereka mendirikan sekolah yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan Kartini.
Ketika sedang menunggu jawaban, Kartini dilamar oleh Bupati Rembang, R.M.A.A. Djojoadiningrat. Kartini terkejut, mengapa ada penghalang lagi dalam perjalanannya. Orangtuanya, terutama ayahnya yang sangat senang langsung menggambarkan Bupati Rembang sebagai seorang yang baik dan progresif, seorang duda yang memiliki enam orang anak yang masih kecil. Setelah pertimbangan yang cukup berat, ia memutuskan untuk menerima lamaran sang bupati. Setelah itu, ia mengetahui bahwa permohonannya untuk belajar ke Batavia bersama Roekmini diterima, tapi sia-sia saja. Ia telah menerima lamaran Bupati Rembang dan Roekmini tak mungkin berada di Batavia seorang diri. Tetapi, ia tidak menyesali nasibnya dan mengajukan permohonan pada Tn. dan Ny. Abendanon agar subsidi yang telah diusahakan mereka diberikan saja pada orang, yang bahkan belum dikenal serta dilihat Kartini dan hanya diketahui namanya saja, yaitu Agoes Salim.
Kartini tidak menyangka, ternyata dalam pernikahannya, ia menghadapi musuh terbesarnya sejak pingitan: poligami. Bupati Djojoadiningrat sudah memiliki tiga garwa ampil. Meski begitu, Kartini menjalankan pernikahannya tanpa mengeluh. Ia merawat tiap anak-anak tirinya dengan ikhlas.
Kartini sempat sakit saat mengandung anaknya. Anaknya lahir tanggal 13 September 1904, dinamai R.M. Singgih, kemudian diganti menjadi R.M. Soesalit. Kemudian 4 hari setelah melahirkan anaknya, tepatnya tanggal 17 September 1904, ia meninggal. Setahun setelah perginya Kartini, ayahnya Bupati Sosroningrat, pada tanggal 21 Januari 1905 menyusul putri tersayangnya ke alam baka.
Kabar meninggalnya Kartini didengar keluarga Abendanon sebelum mereka pindah kembali ke Belanda. Abendanon, yang berhasil menghalang-halangi Kartini belajar ke Belanda, merasa bersalah telah merebut impian terbesar Kartini. Untuk menebus kesalahannya, ia akan berusaha mewujudkan cita-cita Kartini dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk para gadis Jawa dan sebagai penghormatan tinggi kepada Kartini, ia akan menerbitkan surat-surat Kartini sebagai buku. Maka demikian terbitlah buku Door Duisternis Tot Licht (Melalui Alam Gelap menuju Dunia Terang).
Kartini bukan hanya seorang pejuang emansipasi wanita. Ia juga seorang yang memiliki jiwa nasionalisme, rendah hati, dan keadilan. Sebab itu buku ini sangat disarankan untuk dibaca kaum muda, agar mengetahui bagian hidup R.A. Kartini yang belum didengar. Sebab menurut penulisnya sendiri, biasanya cerita tentang pahlawan emansipasi ini sudah melenceng dari aslinya.
Dalam buku ini nilai yang dapat kita ambil berdasarkan kumpulan surat-surat yang dibuat oleh R.A Kartini diantaranya :
- Jadilah orang yang selalu ingin tahu apa yang kita dapatkan dari sebuah ilmu itu, tidak hanya menerima saja tetapi kita harus kembangkan dan harus bisa mengetahui makna dibalik sebuah ilmu yang telah kita pelajari.
- Jadilah manusia yang selau berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa.
-  Selalu berjuang untuk mewujudkan cita-cita yang telah kita inginkan.
- Kita juga dapat mengetahui seperti apa sosok R.A Kartini dan bagaimana perjuangan beliau semasa hidupnya, dimana perjuangan beliau mewujdukan pendidikan dan memajukan wanita indonesia, berdasarkan surat-surat yang beliau tuliskan kepada teman-temannya di Eropa.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Welcome To My blog | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com