2017
1. Sifat Dasar Larutan
Larutan
adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun.
Komponen
larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi
kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau
penguapan. Dan uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.dan
berdasarkan daya hantarnya larutan dibagi menjadi larutan elektrolit dan non
elektrolit.
2. Komposisi Larutan
Ada
beberapa cara untuk menyatakan komposisi larutan. Yaitu dengan Presentase
massa/ persen bobot : presentase berdasarkan massa suatu zat dalam larutan.
Dalam kimia yang paling bermanfaat menyatakan komposisi adalah fraksi mol,
molaritas, dan molalitas. Dan untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada
pembahasan konsentrasi larutan.
3. Jenis Larutan
Larutan
berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit.
a. Larutan Elektrolit
Larutan
elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan arus listrik. Pada larutan
ini dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah
•
Elektrolit
Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai
daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya
air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
·
Asam-asam
kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
·
Basa-basa
kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan
lain-lain.
·
Garam-garam
yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan
lain-lain
Partikel-partikel
yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah ion-ion yang bergabung dengan
molekul air, sehingga larutan tersebut daya hantar listriknya kuat. Hal ini
disebabkan karena tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi gerakan
ion-ion untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah
sebagai media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl dilarutkan ke dalam air, maka
semua HCl akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi ion-ion dengan persamaan
reaksi berikut:
HCl
(g) +
H2O
( l ) ⎯→ H3O+(aq) +
Cl− (aq)
Reaksi ini biasa
dituliskan:
HCl (aq) ⎯→ H+(aq) +
Cl− (aq)
•
Elektrolit
Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar
listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
·
Asam-asam
lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
·
Basa-basa
lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
·
Garam-garam
yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
Misalnya CH3COOH
dilarutkan ke dalam air, maka sebagian CH3COOH akan terion dengan
persamaan reaksi seperti berikut:
CH3COOH (s) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+ (aq) +
CH3COO− (aq)
CH3COOH
yang terion reaksinya biasa dituliskan:
CH3COOH (aq) ⎯→ H+ (aq) +
CH3COO− (aq)
Ion-ion
yang telah terbentuk sebagian bereaksi kembali membentuk CH3COOH,
sehingga dikatakan CH3COOH yang terion hanya sebagian. Reaksinya dapat
dituliskan:
CH3COOH (aq) ⇔ H+ (aq) +
CH3COO− (aq)
Partikel-partikel yang ada di dalam larutan
adalah molekul-molekul senyawa CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H+ dan CH3COO−. Molekul
senyawa CH3COOH
tidak dapat menghantarkan arus listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi
ion-ion H+
dan CH3COO− untuk menghantarkan arus listrik.
b.
Larutan
non elektrolit
Larutan
non- elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena zat terlarutnya di dalam pelarut
tidak dapat menghasilkan
ion-ion (tidak meng-ion).
Tergolong
ke dalam jenis ini misalnya:
-
Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
Ada
2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a)
Eksoterm,
yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan turun.
b)
Endoterm,
yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi
akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan
naik.
Berdasarkan
jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a)
Larutan
tak jenuh yaitu larutan yang mengandung zat terlarut (solute) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b)
Larutan
jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah zat terlarut (solute)
yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan pelarut (solute) padatnya.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c)
Larutan
sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
zat terlarut (solute) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut (solute)
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan
sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a)
Larutan
pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif
lebih sedikit zat terlarut (solute) dibanding pelarut (solvent).
4. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan.
Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part
per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan
dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a) Persen massa (% b/b)
Persen massa menyatakan perbandingan massa
zat terlarut (solute) terhadap massa larutan
% Solute = 100 %
b) Persen volum (% v/v)
Persen
volum menyatakan perbandingan zat terlarut (solute) terhadap volum
larutan
%
solute = 100 %
c) Persen massa/volum (% b/v)
Persen
massa per volum menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute)
terhadap volume larutan
% 100 %
d) Persen volum/massa (% v/b)
Persen
volum per massa menyatakan perbandingan volum zat terlarut (solute)
terhadap massa larutan
% 100 %
e) Molaritas (M)
Molaritas
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan
M = x
f) Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut
dalam setiap kilo gram (1000 gram) pelarut.
m = x
g) Normalitas (N)
Normalitas menyatakan
jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
N = x n x
h) ppm
ppm
menyatakan massa (Mg) zat terlarut (solute) dalam tiap Kg larutan
ppm
=
5. kelarutan
Larutan jenuh adalah
larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya
kesetimbangan antara zat terlarut (solute) yang terlarut dan yang
tak terlarut. Banyaknya zat terlarut (solute) yang melarut dalam
pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram
zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang
tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka
zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
Jika
jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut kurang dari
kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan
tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika
jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut lebih banyak dari
kelarutannya, maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated).
Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih
tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar
dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang
panas itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka
sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian
larutan itu didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari
pengkristalan. Jika tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal
kembali) selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat lewat
jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya larutan
dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo).
6
Larutan
lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan ini dapat diubah menjadi
larutan jenuh dengan menambahkan kristal yang kecil (kristal inti/bibit)
umumnya kristal dari zat terlarut (solute). Kelebihan molekul zat
terlarut (solute) akan terikat pada kristal inti dan akan
mengkristal kembali.
Kelarutan
senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan IA, IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co,
Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH4+ seperti pada tabel berikut:
Senyawa
|
Kelarutan
|
Nitrat
|
Semua larut
|
Nitrit
|
Semua larut kecuali Ag+
|
Asetat
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
|
Klorida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
|
Bromida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
|
Iodida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
|
Sulfat
|
Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Sulfit
|
Semua tidak larut kecuali
Na+,
K+,
NH4+
|
Sulfida
|
Semua tidak larut kecuali
Na+,
K+,
NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Fosfat
|
Semua tidak larut kecuali
Na+,
K+,
NH4+
|
Karbonat
|
Semua tidak larut kecuali
Na+,
K+,
NH4+
|
Oksalat
|
Semua tidak larut kecuali
Na+,
K+,
NH4+
|
Oksida
|
Semua tidak larut kecuali
Na+,
K+,
Ba2+,
Sr2+,
Ca2+
|
Hidroksida
|
Semua tidak larut kecuali
Na+,
K+,
NH4+, Ba2+, Sr2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Tabel
1. Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut,
temperatur, dan tekanan.
a.
Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur
kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat
yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like
dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar
akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah
larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely
miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan
minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).
b.
Suhu
Kelarutan gas umumnya
berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka
timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang
terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat
kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat
yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium
sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara
proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses
bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur
dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier:
1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika
proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur
yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka
kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
c.
Tekanan
Perubahan
tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan
tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl
sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu.
Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut
dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan
yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam
kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air
bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum
ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam
air.
6. Sifat Koligatif Larutan
a. Sifat Koligati Larutan
Non-Elektrolit
Sifat larutan berbeda
dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang penting yang
besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak
bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat
koligatif larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel
zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik
beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap,
titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan
titik didih pelarut murninya berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat
terlarut.
Larutan yang bisa memenuhi
hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati
ideal hanya jika sangat encer.
a)
Tekanan
Uap Larutan
Tekanan
uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Pada larutan ideal,
menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang
sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA = tekanan uap yang dilakukan
oleh komponen A dalam larutan.
XA = fraksi mol komponen A.
P0A = tekanan uap zat murni A.
Dalam larutan yang
mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile),
tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat
dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.
b)
Titik
Didih Larutan
Titik didih larutan
bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya lebih
mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka
titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya atau
dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol dalam air
titik didihnya lebih rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi dari 78,3 °C (titik
didih etil alkohol 78,3 °C dan titik didih air 100 °C). Jika zat terlarutnya
tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya
(titik didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih larutan menjadi lebih
tinggi dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan naik.
Pada contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya
adalah etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik. Kenaikan titik didih
larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan. Berdasar hukum sifat
koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik didih pelarut
murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtb = kb . m
Δtb =
kenaikan titik didih larutan.
kb =
kenaikan titik didih molal pelarut.
m =
konsentrasi larutan dalam molal.
c)
Titik
Beku Larutan
Penurunan tekanan uap
larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dari titik beku
pelarut murninya.
Hukum sifat koligatif untuk
penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile)
maupun tak-atsiri (nonvolatile). Berdasar hukum tersebut, penurunan
titik beku larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding lurus dengan
molalitas larutan.
Δtf = kf . m
Δtf =
penurunan titik beku larutan.
kf =
penurunan titik beku molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.
d) Tekanan Osmose Larutan
Peristiwa lewatnya molekul
pelarut menembus membran semipermeabel dan masuk ke dalam larutan disebut
osmose. Tekanan osmose larutan adalah tekanan yang harus diberikan pada larutan
untuk mencegah terjadinya osmose (pada tekanan 1 atm) ke dalam larutan tersebut.
Hampir mirip dengan tekanan pada gas ideal, pada larutan ideal, besarnya
tekanan osmose berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut.
p = = M. R. T
Ï€ =
tekanan osmose (atm).
n =
jumlah mol zat terlarut (mol).
R =
tetapan gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K
T =
suhu larutan (K).
V =
volume larutan (L).
M = molaritas (M = mol/L).
Jika tekanan yang diberikan
pada larutan lebih besar dari tekanan osmose, maka pelarut murni akan keluar
dari larutan melewati membran semipermeabel. Peristiwa ini disebut osmose balik
(reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk memperoleh air
tawar dari air laut.
A.
PENERAPAN PENURUNAN TEKANAN UAP
Laut mati adalah contoh dari terjadinya
penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air
berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan
kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat
terlarutnya semakin tinggi.
Pada
saat berenang di laut mati, kita tidak akan tenggelam karena konsentrasi zat
terlarutnya yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat dimanfaatkan sebagai
sarana hiburan atau rekreasi bagi manusia. Penerapan prinsip yang sama dengan
laut mati dapat kita temui di beberapa tempat wisata di Indonesia yang berupa
kolam apung.
B.
PENERAPAN PENURUNAN TITIK BEKU
1.
Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 0oC.
Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es
putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam
air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam dapur
dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada pencampuran
itu, es batu akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu,
campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari
bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam cairan
pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran membeku.
2.
Antibeku pada Radiator Mobil
Di
daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen
glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini
dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen
glikol ke dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun,
dengan kata lain air tidak mudah membeku.
3.
Antibeku dalam Tubuh Hewan
Hewan-hewan
yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutub, memanfaatkan
prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk bertahan hidup.
Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik
beku air hingga 0,8oC. Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di
musim dingin yang suhunya mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang
dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya.
Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain serangga ,
ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil
sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda
mengandung gliserol dan trihalose.
4.
Antibeku untuk Mencairkan Salju
Di
daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi, jalanan dipenuhi
es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk
mengatasinya, jalanan bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan CaCl2.
Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam yang
ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang mencair.
5.
Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran
sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa molekul relatif
zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada
konsentrasi zat terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut (G) serta
nilai penurunan titik bekunya, maka massa molekul relatif zat terlarut itu
dapat ditentukan.
C.
PENERAPAN TEKANAN OSMOSIS
1.
Mengontrol Bentuk Sel
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonik.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan
lain disebut hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan
osmosis lebih tinggi daripada larutan lain disebut hipertonik.
Contoh
larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke dalam darah. Cairan
infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik ke
dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak mengalami
kerusakan.
2.
Mesin Cuci Darah
Pasien
penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi menggunakan
metode dialisis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil seperti urea
melalui membran semipermeabel dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang.
Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti protein sehingga akan
tetap berada di dalam darah.
3.
Pengawetan Makanan
Sebelum
teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam dapur digunakan
untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk
yang berada di permukaan makanan.
4.
Membasmi Lintah
Garam
dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam yang
ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam tubuh
sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.
5.
Penyerapan Air oleh Akar Tanaman
Tanaman
membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh tanaman melalui
akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih tinggi
daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh
tanaman.
6.
Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik
Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari
larutan ke pelarut, atau dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih
encer. Osmosis balik terjadi jika kepada larutan diberikan tekanan yang lebih
besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik digunakan untuk membuat air
murni dari air laut. Dengan memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih
besar daripada tekanan osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air asin ke
dalam air murni melalui selaput yang permeabel untuk air tetapi tidak untuk
ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup besar, air secara spontan akan
merembes dari air murni ke dalam air asin.
Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu
untuk memisahkan zat-zat beracun dalam air limbah sebelum dilepas ke lingkungan
bebas.
Tambahan
https://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan
b. Sifat Koligatif Larutan
Elektrolit
Larutan
elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di
atas. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan
hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit,
menurut Van't Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i =
tetapan atau faktor Van't Hoff).
Semakin
kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin
mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya.
Untuk larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m,
harga i dianggap sama dengan jumlah ion. SS
Empat
macam sifat koligatif larutan elektrolit adalah:
a) Penurunan tekanan uap,
ΔP
= i.P0.XA
b) Kenaikan titik didih
Δtb = i.kb.m
c) Penurunan titik beku
Δtf = i.kf.m SS
d) Tekanan osmose
p = = i. M. R. T
DOWNLOAD larutan power point di bawah ini