Thursday, February 9, 2017

PEMUDA DAN SOSIALISASI

TUGAS MAKALAH ISD
PEMUDA DAN SOSIALISASI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar




Disusun Oleh :
BATARI WAHYU PANGESTI
EGI MAULANA
MUHAMMAD CHAERUL HAFIZ
SATRIO ARIF Z

Dosen Pembimbing :
Mutiara, SiKom


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

             Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai, hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
            Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
            Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga ini merupakan proses yang disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
            Pemuda dalam pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti. Dilihat dari segi budaya atau fungsionalnya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia berikut :
·         Golongan anak            : 0 – 12 tahun
·         Golongan remaja         : 13 – 18 tahun
·         Golongan dewasa       : 18 (21) tahun keatas
Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
            Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.



BAB II

PEMBAHASAN

Sosialisasi Pemuda

            Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
            Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. 

            Ada minimal tiga hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap loyalitas sosial ini yakni :
·         Pertama kita harus saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam keadaan berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan saling mengetahui kabar dan berita di antara kita. Sakit atau senang diantara kita dapat dengan cepat kita mengetahuinya.
·         Kedua, sering bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong royang atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok kecil(minimal dua orang) atau pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah anggotanya banyak).
·         Ketiga, dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong menolong harus dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang kita alami pantas kita minta tolong kepada orang lain atau teman. Begitu pula sebaliknya bila kawan kita yang mengalami kesusahan wajib pula kita membantunya. Tentu saja dasarnya adalah suka saling menerima dan memberi.

INTERNALISAIS BELAJAR DAN SPESIALISASI
A.    ORIENTASI MENDUA
               Menurut Dr.Malo adalah orientasi yang bertumpu pada harapan orang tua, masyarakat, dan bangsa yang sering bertentangan dengan keterikatan serta loyalitas terhadap peer (teman sebaya), apakah itu di lingkungan belajar (sekolah) atau di luar sekolah.
            Sedangkan Zulkarimen Nasution mengutip pendapat ahli komunikasi J.Kapper dalam bukunya “The Effect of Mass Communication” mengatakan kondisi bimbang yang dialami para remaja menyebabkan mereka menyerap informasi tanpa seleksi.
               Keadaan bimbang akibat orientasi mendua, menurut Dr. Malo juga menyebabkan remaja nekad melakukan tindak bunuh diri. Untuk mengatasi hal tersebut Dr. Malo mengemukakan beberapa alternatif, jalan keluar yang diambil adalah memperhitungkan peranan peer (teman sebaya), program pendidikan yang melawan arus nilai peer, besar kemungkinan nya tidak berhasil, penggunaan waktu luang juga diperhatikan untuk menanggulangi masalah tersebut.
               Menurut Enoch Markum, Remaja harus diberi kesempatan berkembang  dan beragumentasi “Tidak semua yang termasuk dalam youth culture jelek”. Enoch Markum juga melihat perbedaan antar remaja dahulu dengan sekarang. Ini disebabkan oleh banyaknya pilihan yang kian kompleksnya masalah. Enoch Markum hanya menawarkan 2 alternatif pemecahan, yaitu ; Mengaktifkan kembali fungsi keluarga dan kembali pada pendidikan agama karena hanya agama yang dapat memberi pegangan yang mantap.
B.     PERAN MEDIA MASSA
               Menurut Zulkarimen Nasution, dewasa ini tersedia banyak pilihan isi informasi. Sementara masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan beberapa ciri ;
·         Pertama, keinginan memenuhi dan menyatakan identias diri ;
·         Kedua, kemampuan melepas diri dari ketergantungan orang tua;
·         Ketiga, Kebutuhan memperoleh akseptabilitas di tengah sesame remaja.
               Ciri ciri tersebut menyebabkan kecenderungan remaja melahap semua informasi tanpa menseleksi kembali, para tetua yang tadinya berfungsi sebagai penapis informasi atau pemberi rekomendasi kini tidak berfungsi kembali.
C.    PERLU DIKEMBANGKAN
               Arif Gosita  SH yang berbicara mengenai kecenderungan – kecenderungan relasi orang tua dan remaja (KROR) menyatakan KROR Positif merupakan factor pendukung  hubungan orang tua dan remaja yang edukatif. Sedangkan yang negative merupakan factor yang tidak mendukung karena bersifat destructive dan konfrontative
               Suwarniayati Sartomo berpendapat, remaja sebagai individu dan masa pancaroba mempunyai penilaian yang belum mendalam terhadap norma, etika, dan agama seperti halnya orang dewasa. Mereka menganggap tanggung jawab kenakalan remaja ada pada pihak berwajib.
               Kakanwil Depdikbud DKI Jakarta DRS. E. Coldenhoff berpendapat bahwa jalur kulikuler dan ekstra kulikuler pada hakikatnya saling menunjang dalam pembentukan karakter kepribadian dan pengarahan pada remaja. Dari artikel diatas dapat disimpulkan bahwa masalah kepemudaan dapat ditinjau dari 2 asumsi yaitu;
1.      Penghayatan mengenai proses perkembangan bukan sebaia suatu kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris, terpecah – pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri – sendiri.
Tidak mengherankan kalau romantisme akan tumbuh subur dalam pendekatan ini, karena “Mahkota Hidup” adalah masa tua yang disamakan dengan hidup bermasyarakat, maka tingkah laku anak dan pemuda tidak lebih dari riak – riak kecil yang tidak berarti dalam gelombang perjalanan manusia. Pendekatan klasik melihat potensi dan mekanisme pemuda sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, baik pemuda sebagai peorangan maupun pemuda sebagai anggota kelompok  dan anggota dari suatu masyarakat.
2.      Posisi pemuda dalam arah kehidupan itu sendiri. Tafsiran – tafsiran klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya. Sudah tentu dan ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi tua yang bersembunyi di balik tradisi.
Hal ini disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda tidak mempunyai andil yang berarti dalam ikut mendukung proses kehidupan bersama dalam masyarakat. Pemuda sebagai suatu objek dalam hidup, tentulah mempunyai nilai – nilai sendiri dalam mendukung dan menggerakkan hidup bersama. Penafsiran mengenai identifikasi pemuda seperti ini disebut sebagai pendekatan ekosferis. Didalam proses identifikasi dengan kelompok social serta norma – normanya itu tidak senantiasa seorang mengidentifikasi dengan kelompok tempat ia sedang menjadi anggota resmi. Kelompok semacam ini disebut Membership-group, kelompok dimana ia adalah anggota. Dalam hal terakhir ia mengidentifikasi dirinya dengan sebuah kelompok di luar membership-groupnya kelompok tempat identifikasi dirinya disebut juga reference-group. Jadi reference-group merupakan kelompok yang norma- normanya, sikap-sikapnya, dan tujuannya sangat ia setujui, dan ia ingin ikut serta dala arti bahwa ia senang kepada kerangka norma, sikap, dan tujuan, yang dimiliki kelompok tersebut.



PEMUDA DAN INDENTITAS

·         Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya.
·         Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya.


a)      PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
·         Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978.
·         Disusun berlandaskan:
1.)    Landasan idiil                            :  Pancasila
2.)    Landasan konstitusional            :  Undang-Undang Dasar 1945
3.)    Landasan strategis                     :  Garis-garis Besar Haluan Negara
4.)    Landasan historis                       : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
5.)    Landasan normatif                    : Etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat.

·         Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian pokok, yaitu:
a.)    Generasi muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya, guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
b.)    Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.


b)     MASALAH DAN POTENSI GENERASI MUDA
1.)    Permasalahan Generasi Muda:
Ø  Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme.
Ø  Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
Ø  Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia baik formal maupun non formal.
Ø  Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran di kalangan generasi muda.
Ø  Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan.
Ø  Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
Ø  Pergaulan bebas.
Ø  Meningkatnya kenakalan remaja.
Ø  Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.

2.)    Potensi-potensi Generasi Muda/Pemuda
Ø Idealisme dan daya kritis.
Ø Dinamika dan kreatifitas.
Ø Keberanian mengambil resiko.
Ø Optimis dan kegairahan semangat.
Ø Sikap kemandirian dan disiplin murni.
Ø Terdidik.
Ø Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan.
Ø Patriotisme dan nasionalisme.
Ø Sikap kesatria.
Ø Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi.

·      Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berfikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
·         Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari dalam keluarga.
·    Cohen (1983) menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang terpenting ialah keluarga, sekolah, kelompok sebaya dan media masa.
·         Proses sosialisasi berlangsung secara formal ataupun informal.
·         Secara formal, proses sosialisasi lebih teratur dan sistematis.
·         Sedangkan secara informal, proses sosialisasi ini bersifat tidak sengaja.

c)     TUJUAN POKOK SOSIALISASI ADALAH:
Ø  Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
Ø  Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
Ø  Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
Ø  Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakat umumnya.

PERGURUAN DAN PENDIDIKAN 
A. MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA
               Ada 2 pertanyaan yang muncul pada abad ke 21, abad dimana banyaknya generasi muda yang dengan perkiraan umur 17 tahunan. Ke 2 pertanyaan itu adalah: Apakah generasi muda telah mendapatkan pendidikan yang baik sebagai modal untuk pembangunan? Apakah telah merata pendidikan formal dan non-formal pada negara-negara yang berkembang?

               Negara-negara yang sedang berkembang pada kenyatannya sering merasakan kurangnya tenaga kerja yang trampil untuk mengisi lowongan-lowongan khusus yang juga membutuhkan keterampilan khusus. Hal ini sangat dirasakan ketika negara berkembang mempunyai ambisi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber alam mereka, baik eksplorasi dan eksploitasi yang berlokasi di darat atau laut. Hal ini juga membuat susah para generasi muda untuk mendapatkan pekerjaan, Organisai Buruh Internasional menerbitkan sebuah studi di website yang mereka punyai, hasil studi tersebut menyebutkan bahwa kurangnya pendidikan yang tinggi membuat jutaan pemuda susah mendapatkan pekerjaan di negara berkembang. Tak bisa kita pungkiri bahwa dibutuhkannya edukasi yang cukup untuk mengisi lowongan pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus.

               Di negara maju seperti Amerika Serikat, Britania Raya, Jepang, dan Singapur sangat mengapresiasi generasi muda dengan memberikan banyak kesempatan untuk mengembangkan kemampuan serta potensi dan ide yang mereka punya. Intstitut Teknologi Massachusetts (MIT) Universitas Oregon dan Universitas Carnegie Mellon (CMU) pada tahun 1973 di Pittsburg, Pennsylvania, telah membuat proyek bersama berjangka waktu 5 tahunan yang melibatkan 600 mahasiswa dan 55 anggota fakultas yang diwadahi National Science Foundation (NSF). Lebih dari dua lusin produk, proses atau pelayanan baru telah dipasarkan dan mencipatkan hampir 800 pekarjaan baru dan memperolah hasil sebesar $46,5 Juta.

               Di Indonesia,  pembinaan di terapkan sedini mungking sejah SMP/SMA. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sering mengadakan lomba karya ilmiah. Ternyata minat generasi muda untuk mengikuti lomba tersebut sangat besar, pada setiap tahunnya jumlah peserta lomba terus bertambah. Pada usia yang sangat belia mereka mampu membuat sebuah karya ilmiah yang cukup membuat kagum cendikiawan muda.

               Pembinaan potensi pada tingkat perguruan tinggi lebihbanyak di fokuskan pada pada pendidikan formal. Mereka dibina dan digembleng di laboratorium dan kesempatan praktek lapangan. Kita bisa menilai bahwa, kaum muda sangat sanga amat berharga karena mereka sumber pembangunan masyarakat dan bangsa. Sudah seharusnya mereka diberikan perhatian khusus.

B. PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
               Tak bisa disangkal bahwa kulaitas sumber daya manusia ada lah factor yang sangat menentukan dalam pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka setiap orang harus terlibat secara aktif dalam proses pembangunan.

Arti penting pendidikan ialah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagai syarat utama pembangunan. Bangsa yang sukses adalah bangsa yang tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah memenuhi minimum jumlah dan mutu dalam pendidikan penduduknya.Indonesia menghadapi kenyataan untuk melakukan segala usaha keras “mencardaskan kehidupan bangsa”. Presentasi jumal penduduk yang masih buta huruf mencapai 40%.

           Masalah pendidikan bukan hanya pendidikan formal tetapi membentuk manusia yang   mempunyai skill agar dapat membangun bangsa. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyknya jumlah pencari kerja, “Under Utilized Population”, kurangya semangat berwirausaha, merupakan hal yang harus diperhatikan.

               Jika dibandingkan dengan sektor lain, pendidikan adalah sector yang sangat cepat kemajuannya, kalau tidak didalam aspek kualitatif, setidaknya dalam aspek kuantitatif, sektor tersebut telah mencapai hasil yang bisa dibanggakan. Jumlah remaja yang dapat ditampung dalam pendidikan formal melonjak tinggi, tetapi juga semakin besar jumlah dari mereka yang mempunayi kesempatan untuk dapat pendidikan non formal dengan berbagai keahlian.

          Walaupun pada saat ini system pendidikan mulai dikelola secara lebih terbuka dan memungkikan diterpakannya inovasi teknologi dan walaupun anggaran kependidikan semakin hari semakin bertambah, nampaknya persoalan yang ridak mudah diatasi. Demokrasi bidang pendidikan, adalah masalah sehari-hari yang dihadapi pemerintah.
              
Dalam arti inilah, maka pembicaraan tentang generasi muda, khususnya yang berkesempatan belajar dipendidikan tingga menjadi penting kerena berbagai hal;
·         Pertama, pengetahuan yang luas haruslah perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat secaran nasional.
·         Kedua, Mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang, melalui berbagai mata pelajaran seperti PMP, Sejarah, dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan kemasyarakatan harus diketahui
·         Ketiga, bersatunya mahasiswa dari berbagai etnis dan suku harus dapat bersatu agar masyarakat mampu melihat Indonesia secara keseluruhan
·         Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki susunan kekuasaan, struktur perekonomian, dan prestise dalam masyarakat. Mempunyai latar belakang pendidikan  yang lebih baik, sudah jelas bahwa mahasiswa harus berpandangan lebih luas dan jauh ke depan serta mampu berorganisasi yang lebih baik.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN


Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut : tahap persiapan (preparatory stage), tahap meniru (play stage), tahap siap bertindak (game stage), dan tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage). 

Tujuan pokok sosialisasi adalah individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat, individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya, pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat, dan bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya. 

Peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat adalah sebagai agent of change, agent of development, dan agent of modernization. Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah idealisme dan daya kritis, dinamika dan kreativitas, dan keberanian mengambil resiko. 

Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga, orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing anak. 

Masalah-masalah generasi muda diantaranya adalah menurunnya jiwa nasionalisme, kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya, belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, tingginya jumlah putus sekolah, kekurangan lapangan kerja, kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, banyaknya perkawinan dibawah umur, penyalahgunaan obat narkotika dan zat adiktif, masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang, pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (deviant behavior), masuknya budaya barat (westernisasi culture), dan masih merajalelanya kenakalan remaja. 

Faktor penyebab permasalahan pemuda adalah kurang dalam mengendalikan diri, kurang masa bersama keluarga, dan masalah ekonomi keluarga.Usaha menanggulangi permasalahan pemuda dapat dilakukan oleh lingkungan terutama pendekatan oleh keluarga dan pendidikan.


Share:

0 comments:

Post a Comment

Copyright © Welcome To My blog | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com